Anjing-anjing liar berlarian berebut makanan satu sama lain. beberapa orang laki-laki dan perempuan dengan pakaian yang kumel sedang berteduh digubuk-gubuk kecil di bawah pohon. ditangan mereka berhamburan plastik-plastik bekas. mereka adalah kuli sampah di tempat pembuangan sampah akhir yang berlokasi di kampung Curug kota Cilegon.
Terik matahari begitu panas pada siang itu sebuah bau tak sedap langsung menabrak hidungku. tapi tidak aku perdulikan aku tetap memaksa untuk masuk aku ingin mengetahui bagaimana kondisi tempat pembuangan sampah yang ada di kota baja ini.
aku berputar - putar mengelilingi tempat itu. di paling bawah ada sebuah bangunan berbentuk rumah dan mpbil-mobil dinas pembuangan sampah sedang berbaris. di samping nya dua kolam lebar dengan air hitam keruh. " Tempat pencucian Plastik " demikian kata sahabatku Sukmani. tapi aku tidak pernah tahu untuk apa kolom itu.
kemudian setelah beberapa saat aku mencoba naik. dan kuhentikan motorku di depan sebuah gubuk kecil di dalamnya aku lihat seorang ibu sedang duduk. sambil memilah milah sampah.
Mardiyah ibu dari tiga orang anak yang bekerja sambilan untuk membantu suaminya mengurus rumah tangganya dan membiayayi sekolah anak-anak nya. ketika aku tanya berapa jika penghasilan yang dapat di peroleh jika tiap hari melakukan pekerjaan itu. jika digeluti selama satu bulan bisa mencapai satu Juta rupiah. demikian kata Ibu Mardiyah. " Wah lumayan yah " kataku dalam hati. ibu yang terpaksa melakukan demikian karena karena suaminya bekerja hanya mendapatkan penghasilan pas-pasan untuk bisa membantu suaminya.
Tapi terlepas dari Kisah Ibu mardiyah tadi aku tak pernah perduli apapun pekerjaan yang dilakukan jika itu baik di mata Allah kenapa tidak kita lakukan. bagiku mereka yang bekerja dalam tempat yang kotor yang dianggap hina oleh manusia. siapa yang tahu mungkin dia jauh lebih baik dibandingkan mereka yang hanya diam dengan kesombongan yang bercokol di hati mereka. mereka lebih suka menganggur daripada harus berada di tempat yang kotor. atau mungkin membawa gerobak jualan.
Read more ...
Terik matahari begitu panas pada siang itu sebuah bau tak sedap langsung menabrak hidungku. tapi tidak aku perdulikan aku tetap memaksa untuk masuk aku ingin mengetahui bagaimana kondisi tempat pembuangan sampah yang ada di kota baja ini.
aku berputar - putar mengelilingi tempat itu. di paling bawah ada sebuah bangunan berbentuk rumah dan mpbil-mobil dinas pembuangan sampah sedang berbaris. di samping nya dua kolam lebar dengan air hitam keruh. " Tempat pencucian Plastik " demikian kata sahabatku Sukmani. tapi aku tidak pernah tahu untuk apa kolom itu.
kemudian setelah beberapa saat aku mencoba naik. dan kuhentikan motorku di depan sebuah gubuk kecil di dalamnya aku lihat seorang ibu sedang duduk. sambil memilah milah sampah.
Mardiyah ibu dari tiga orang anak yang bekerja sambilan untuk membantu suaminya mengurus rumah tangganya dan membiayayi sekolah anak-anak nya. ketika aku tanya berapa jika penghasilan yang dapat di peroleh jika tiap hari melakukan pekerjaan itu. jika digeluti selama satu bulan bisa mencapai satu Juta rupiah. demikian kata Ibu Mardiyah. " Wah lumayan yah " kataku dalam hati. ibu yang terpaksa melakukan demikian karena karena suaminya bekerja hanya mendapatkan penghasilan pas-pasan untuk bisa membantu suaminya.
Tapi terlepas dari Kisah Ibu mardiyah tadi aku tak pernah perduli apapun pekerjaan yang dilakukan jika itu baik di mata Allah kenapa tidak kita lakukan. bagiku mereka yang bekerja dalam tempat yang kotor yang dianggap hina oleh manusia. siapa yang tahu mungkin dia jauh lebih baik dibandingkan mereka yang hanya diam dengan kesombongan yang bercokol di hati mereka. mereka lebih suka menganggur daripada harus berada di tempat yang kotor. atau mungkin membawa gerobak jualan.
