Breaking News

Sunday 6 June 2010

Maafkan aku Ibunda,,,,,,,,



aku melihat lentera kehidupan pada sapanya
yang tak bisa kuhitung lagi
seperti wajahnya yang makin ditelan usia
membuatku percaya akan kebaikan hati
pada diri alam dan manusia

saat susah menyapa aku selalu ingat ibu
wajahnya adalah rona senjakala
memberi airmata untuk menghapus luka
pada anaknya yang tak peduli itu siapa
tak beda embun di kelopak bunga
memberi kehidupan untuk pagi dan nanti

ketika kulihat beringas wajah dan kata
menghiasi amarah atas nama keyakinan
aku makin mengerti tentang kelembutan
yang memercik dari mata ibu
berkedip tak dibikin-bikin seperti lampu jalanan
atau hampa seperti pidato para pemimpin negara

aku makin rindu kamu, ibu
yang menjelma hujan di sekitar telaga
yang menjadi kidung rakyat jelata
yang meninabobokan anakmu saat tersapa duka

Dikutip dari:http://blue4gie.com


Matahari sudah bergeser ke arah timur. Angin menghempaskan daun sawo yang berumur puluhan tahun yang berdiri pas di depan rumah Misbah. daunnya yang kekuning-kuningan berjatuhan berserakan di depan halaman rumah Misbah yang hanya di tumbuhi pohon sawo dan bunga anak nakal.
***
Misbah yang kini berumur dua puluh enam tahun hendak melangsungkan pernikahan. Walaupun ia sekarang masih duduk di bangku kuliah semester 6. Keinginanya untuk menyempurnakan sebagian keimanan sudah bulat. dan hal itu sudah dibuktikannya. Hari Sabtu kemarin Aisyah calon istri Misbah beserta keluarganya datang ke rumahnya untuk memintanya menjadi suami Aisyah. yang sebelumnya Misbah dan ibu beserta kakaknya terlebih dahulu berkunjung ke rumah Aisyah. Walaupun hal itu sempat diskusi panas antara Misbah , Kakak dan ibunya. Perihalnya sebenarnya masih sepele, hanya berkaitan dengan adat saja. siapa dulu yang berkunjung pihak keluarga laki-laki atau keluarga perempuan. Karena adat yang biasa di Masyarakat Cilegon adalah Keluarga Perempuan meminta keluarga laki-laki. Tapi pada akhirnya Kakak dan ibunya mengalah pada Argumentasi Misbah .
***

Pernikahannya dengan Aisyah kini hanya tinggal satu bulan. Satu sisi ia akan menghadapi Ujian Akhir Semester 6, di Sisi lain Motor yang menjadi alat bantu perjuangannya bulan ini surat kendaraannya mati dan harus diperpanjang. Kini Misbah Murang-Maring (Uring-uringan). Ia disudutkan pada persoalan yang semuanya penting. ketika Senja mulai muncul dan menerobos celah-celah daun pohon Sawo Misbah duduk termenung di kursi depan. Pikirannya melayang kesana kemari mencari sebuah Solusi.
Tiba-tiba ibunya muncul dari belakang.

"Mis,, Sirane engko arep ngenen pire ning keluarga sing wadon, Terus genah selametan ning kenane pire?" Pertanyaan Ibunya memojokkan Misbah.
"Wis embuh bu...Pokone kite meh nganggaraken genah ning umah kuen sejute be pokone cukup-ore cukup dicukupaken"
Nadanya sedikit agak keras. Mungkin karena pikirannya yang sedang tidak karuan memikirkan tiga permasalahan tadi sementara dikantongnya belum ada uang sepeserpun. Seketika itu juga raut muka ibunya berubah,,, dan Misbah meninggalkan ibunya yang sedang memikirkan perkataan anaknya. Kenapa tiba-tiba ia ngomong begitu kasar padahal sebelumnya Misbah anak yang begitu lembut dan tidak pernah berbicara keras. Apalah lagi terhadap Ibunya yang telah mengandung, Melahirkan, dan mendidiknya hingga besar tanpa pamrih sedikitpun.

Hari terus berputar bagaikan Roda kendaraan bermotor yang dipacu dengan kecepatan penuh. Meninggalkan sesuatu yang ada di belakangnya dan terus melaju... Ketika Misbah datang pulang dari Kuliah sekitar jam delapan malam. Karena ia mengambil kelas Karyawan yang masuk pada pukul 16.00 dan selesai pukul 20.00.
" Assalamu'alaikum...."
" Assalamu'alaikum...."
Di ulanginya sampai tiga kali.
Tiba-tiba Pintu depan dibuka, sementara ibunya tidak menjawab salam Misbah. Ada raut Muka berbeda pada muka ibunya. Mukanya ditekuk. ketika ngomong dengan Misbah nada nya sedikit keras. dan terkadang Ibunya banyak diamnya, dan tidak menjawab pertanyaan Misbah. Sampai tiga hari ibunya bersikap seperti itu rupanya Misbah menangkap gelagat perubahan pada ibunya. Misbah mulai gelisah, Malam-malam ia terbangun menangis Mohon Ampun kepada Allah atas segala Dosa yang telah diperbuatnya. Dan tidak lupa ia meminta kepad Allah diberikan jalan keluar yang tepat.

Keesokan harinya pulang Kuliah. Seperti biasa tak lupa ia ucapkan Salam. Walaupun ia tau Ibunya tidak akan menjawab salamnya. Setelah membukakan pintu Ibunya langsung berbaring di sebuah Tempat tidur yang berukuran satu kali dua itu. kemudian Misbah mendatanginya dan duduk di dekat kepala Ibunya.
"Bu,,Ibune Maler Serik tah ning kule"
"Wong Siremeh Wong Tue meh puguh ketuon lamun anak ngmonong rose-rose kuen. ie kitemeh Rumase ore bise gegelati" suara nya terisak-isak butiran-butiran bening keluar dari sudut mata sang Ibu.

" Bu,, Seniki ibu tak isungi Uning yah,,Ibune ning ngomong masalah niku, Ningali waktu Bu,,,Kapan saat sing tepat...Kulane pikiran lagi ning pundi-pundi,,Ia mikiri persiapan gunah nikah,,Ujian dereng di bayar,, Motor dereng diperpanjang,,ibu malah ngegegeri masalah duit...siang endi uwong boten ngomong rade rose,,,,"
" Sepisan malih kulene ende maaf bu"
" Kulemeh boten ngende nape-nape ning Ibu cuman ende Do'a sereng pengertian ibu, Cukup bu" tanpa dirasa Misbahpun menangis.

Akhirnya mereka berdua menangis,,,Misbah memaklumi sikap ibunya karena ia tidak paham kondisi Misbah,,,,Dan Ibunyapun akhirnya memahami sikap anaknya kemarin..

No comments:

Post a Comment

Side Ads

Connect Us

Footer Ads

Recent

Designed By VungTauZ.Com